Tiga Malaikat

Tiga Malaikat

Hari ini kita merayakan pesta 3 malaikat agung: St Mikael, St Gabriel dan st Rafael.  Mikael adalah malaikat agung Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman kristen Mikael adalah pembela kaum beriman dlm menghadapi musuh.  Gabriel berarti kekuatan Allah. Dalam tradisi kristen, Gabriel dikenal sbg pembawa kabar gembira.  Rafael berarti "obat Tuhan", "tabib Allah" atau "Tuhan menyembuhkan". Dia adalah tabib Allah yg diutus utk menyembuhkan manusia dr penyakit dan membebaskan org dr belenggu setan.

Daniel (Dan 7: 9-10.13-14) mengisahkan: "Aku, Daniel, melihat, takhta-takhta dipasang,  lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaianNya putih seperti salju dan rambutNya bersih seperti bulu domba.  KursiNya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapanNya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapanNya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.  Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Yohanes dalam injilnya ( Yoh 1: 47-51)  mewartakan: "Ketika itu, Natanael dtg kpd Yesus atas ajakan Filipus. Yesus berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepadaNya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."

Kata Natanael: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."  Lalu kata Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

Hikmah yg dpt kita petik:

1.  Mikael, Gabriel dan Rafael adalah para petinggi. Masing2 diberi tugas perutusan yg berbeda, namun mrk kompak dan bersatu. Tidak ada konflik kepentingan atau persaingan antar mrk.  Hendaknya kita pun mencontoh teladan mrk. Peran dan kedudukan,  fasilitas dll boleh / bisa saja berbeda, namun kesatuan dan kerukunan serta persaudaraan, sbg sesama utusan Allah, harus tetap diutamakan.

2.  Natanael datang kpd Yesus atas ajakan Filipus. Artinya Filipus telah menjadi perantara dan pendukung pertemuan itu. Apa yg dilakukan Filipus merupakan tindakan terpuji dan  mulia.  Bukan uang atau fasilitas yg ditunjukkan, tetapi  Sang Juru Selamat. Hendaknya kita meneladan dia, dg cara mengantar org kpd Yesus. Amin. (Mgr Nico Adi MSC).

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Jumat, 29 September 2023)

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)

Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Pada hari ini Gereja merayakan pesta tiga malaikat agung: Mikael, Gabriel dan Rafael. Mikael berarti “Siapa yang seperti Allah?”, kita ingat dia sehubungan dengan pertempurannya dengan Lucifer, si Iblis, ‘seorang’ malaikat Tuhan yang memimpin pemberontakan melawan Allah (Why 12:7-9). Gabriel berarti “Manusia Allah”, yang kita ingat namanya dalam kisah pemberitahuan tentang perkandungan Yohanes Pembaptis dalam rahim Elisabet dan Yesus dalam rahim Maria (Luk 1:11-22,26-28). Rafael berarti “Allah menyembuhkan”; dia kita ingat pada waktu menolong Tobit dan Sara (Tobit 3:16-17).

Para malaikat adalah sepenuhnya makhluk-makhluk spiritual yang memiliki intelek dan kehendak. Mereka adalah pribadi-pribadi yang memiliki hidup kekal-abadi, dan dalam hal kesempurnaan mereka melebihi segala makhluk yang berwujud. Seperti kita (manusia), mereka juga diciptakan melalui Kristus dan untuk Kristus (lihat Kol 1:16), untuk mencapai tujuan-tujuan-Nya dalam alam/”dunia” spiritual. Dari Kitab Suci kita mengetahui bahwa malaikat-malaikat adalah “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).

Dari Kitab Suci kita melihat bahwa malaikatlah yang melindungi Lot (Kej 19); menyelamatkan Hagar dan anaknya, Ismail (Kej 16); mengunjungi para nabi (2Raj 1:3), menahan tangan Abraham ketika siap untuk menyembelih anaknya, Ishak sebagai kurban persembahan (Kej 22); menggulingkan batu penutup kubur Yesus (Mat 28:2); mengumumkan kebangkitan Yesus (Mat 28:6); dan menolong memimpin para rasul dan Gereja perdana (Kis 5:18-20; 8:26-29; 10:3-8; 12:6-11; 27:23-25) (lihat Katekismus Gereja Katolik, 328-336).

Kehidupan kita di atas bumi tidak dibatasi oleh realitas-realitas materiil yang dapat kita lihat, sentuh dan rasakan. Ada satu lagi alam/”dunia” yang mempunyai pengaruh atas diri kita, alam/”dunia” spiritual. Kedua alam/”dunia” ini – “dunia” fisik dan “dunia” spiritual –  datang bersama ke dalam kehidupan kita. Sementara para malaikat adalah makhluk spiritual dan bukan makhluk badani, kita-manusia adalah keduanya, baik makhluk fisik maupun spiritual. Itulah sebabnya mengapa kita-manusia dipandang sebagai “mahkota ciptaan”. Itulah juga sebabnya mengapa misi para malaikat adalah untuk melayani dan melindungi kita.

Di bumi ini posisi kita dapat saja lebih rendah daripada para malaikat dan kita sangat tergantung kepada mereka. Namun pada suatu hari kelak kita akan masuk ke surga, dimuliakan dan diangkat ke posisi yang bahkan lebih tinggi daripada posisi para malaikat yang kita hormati dan muliakan pada hari ini. Kita “ditakdirkan” untuk menikmati kemuliaan abadi bersama Yesus selama-lamanya, dimasukkan ke dalam hidup Tritunggal Mahakudus sendiri. Semoga kita tidak pernah melupakan martabat dari panggilan kita!

DOA: Bapa surgawi, Allah yang baik, Khalik langit dan bumi. Kuduslah nama-Mu. Engkau telah menciptakan segala sesuatu yang ada. Oleh Roh Kudus-Mu, bukalah mata kami agar dapat melihat alam/dunia spiritual. Dengan pertolongan para malaikat-Mu, penuhilah diri kami dengan hasrat mendalam untuk membawa orang-orang agar mengenal Putera-Mu, Yesus Kristus, dan menjadi murid-murid-Nya yang setia. Bapa, semoga surga dipenuhi dengan semua anak-anak-Mu terkasih. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup dan meraja bersama Dikau dalam persekutuan Roh Kusus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama (alternatif) hari ini (Why 12:7-12), bacalah tulisan yang berjudul “PESTA PARA MALAIKAT AGUNG YANG KITA RAYAKAN HARI INI” (bacaan tanggal 29-9-23) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2023.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-22 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak,  28 September 2023 [Pfak S. Wenceslaus, Martir, S. Laurentius Ruiz, dkk. Martir di Jepang]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung, Kamis 29-9-11)

Kemudian timbullah peperangan di surga. Mikael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di surga.  Naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.

Lalu aku mendengar suara yang nyaring di surga berkata, “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara seiman kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai harus menghadapi maut. Karena itu, bersukacitalah, hai surga dan hai kamu sekalian yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut! karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu bahwa waktunya sudah singkat.” (Why 12:7-12)

Bacaan Pertama alternatif: Dan 7:9-10,13-14;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Yohanes (penulis Why) melaporkan sebuah peperangan di surga, antara Mikhael yang dibantu oleh para malaikat lainnya di satu pihak dengan Iblis yang dibantu oleh para malaikat pemberontak. Iblis dan para malaikat jahat akhirnya dikalahkan oleh darah Anak Domba (Why 12:7-11).

Hari ini kita merayakan ‘Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung’. Gereja selalu menegaskan keberadaan para malaikat. Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengatakan bahwa malaikat adalah makhluk rohani tanpa badan yang mempunyai akal budi dan kehendak. Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah. Mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 328-330). Pada hari yang khusus ini baiklah kita masing-masing merenungkan pertanyaan-pertanyaan berikut: Peranan apakah yang dimainkan para malaikat dalam rencana Allah bagi umat-Nya? Mengapa mereka penting? Apakah mereka mempunyai arti bagi kita dewasa ini? Bagaimana seharusnya kita memandang para malaikat itu dalam terang Yesus? Kristus adalah pusat dunia malaikat: “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya” (Mat 25:31; lihat KGK 331).

Injil Matius mencatat tiga peristiwa di mana Yesus berbicara mengenai para malaikat dan apa yang dilakukan mereka (Mat 4:11; 18:10; 26:53). Saya petik salah satu saja sabda Yesus: “Ingatlah, jangan menganggap rendah salah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di surga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:10). Kata-kata Yesus ini menjadi latar-belakang dari kepercayaan banyak orang Kristiani bahwa sebagai ‘agen kasih Allah’, para malaikat memperhatikan setiap manusia di muka bumi ini. Semoga anda tidak melupakan ayat-ayat dalam mazmur yang kita selalu baca pada Ibadat Penutup setiap Minggu malam: “Sebab TUHAN (Yahwe) ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu” (Mzm 91:9-12).[1]

Fungsi-fungsi ketiga malaikat agung ini sejalan dengan pelayanan Yesus, yaitu mewartakan kabar baik, menyembuhkan orang sakit dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Gabriel (= Allah berkuasa) adalah pesuruh utama Allah untuk membawa kabar baik kepada umat-Nya. Dia membawa kabar kepada Maria bahwa dirinya akan melahirkan sang Juruselamat. Rafael (= Allah menyembuhkan) diasosiasikan dengan pelayanan kesembuhan yang dilakukan Yesus (lihat Kitab Tobit). Mikael (= yang menyerupai Allah) membebaskan umat Allah dari penindasan dengan melakukan pertempuran melawan Iblis (Why 12:7). Iblis dan malaikat-malaikat jahat di surga memberontak terhadap Allah (Why 12:3-9) karena kedengkian si Iblis terhadap manusia (lihat KebSal 2:23-24) yang seturut kehendak-Nya menjadi “anak sulung di antara semua ciptaan-Nya” (Yak 1:18). Jadi, kalau kita mau melindungi diri kita sendiri, kita perlu mengingat bahwa ‘perang roh’ (spiritual warfare atau spiritual battle) yang kita hadapi itu adalah sungguh riil. Yesus memang telah mengalahkan Iblis dan para malaikat pemberontak, tetapi mereka masih bebas untuk menggoda dan mencobai kita sampai Yesus datang dalam kemuliaan-Nya kelak.

Pada saat kita melibatkan diri dalam ‘perang roh’ dari hari ke hari, ingatlah akan peperangan yang dilakukan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Dengan memahami keseriusan peperangan atau pertempuran rohani dan bagaimana hal itu dapat membawa dampak pada kehidupan kita, maka kita dapat mempersenjatai diri kita dengan keyakinan, bahwa melalui Yesus kita ‘dimasukkan’ ke dalam komunitas Tritunggal. Dalam Kristus, tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalahkan kita; kita bahkan dapat mengatasi setiap serangan. Para malaikat Allah selalu ada untuk membantu kita.  Kitab Suci mengatakan: “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan?” (Ibr 1:14).

Selagi kita merayakan Pesta ketiga malaikat agung hari ini, marilah kita menghadap Yesus dengan segala kerendahan hati. Marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada Yesus karena kasih-Nya yang  begitu besar kepada kita dan segala berkat yang dilimpah-limpahkan-Nya kepada kita. Kita mohon kepada Yesus agar Dia mengutus para malaikat-Nya untuk menolong kita dalam ‘perang roh’ hari demi hari.

DOA: Bapa surgawi, aku bersyukur kepada-Mu untuk kemuliaan dan keagungan para malaikat-Mu, meskipun hanya ada tiga malaikat agung saja yang kuketahui namanya dari Kitab Suci. Perkenankanlah mereka menolong aku dalam ziarahku di dunia ini, yaitu dalam perjalanan pulangku kepada-Mu. Semoga selalu ada malaikat-Mu yang mendampingiku dalam ‘perang roh’ yang harus aku jalani setiap hari. Dengan penuh rasa syukur dan hati yang terbuka-lebar aku menyambut kedatangan para malaikat-Mu ke dalam tugas pelayananku, keluargaku serta Gereja, dan kehadiran mereka dalam masyarakat luas guna menolong siapa saja yang berkehendak baik. Amin.

Catatan: Untuk mendalami bacaan hari ini {Why 7:7-12), bacalah juga tulisan yang berjudul “PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG [3]” (bacaan untuk tanggal 29-9-11) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 11-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2011. Bacalah juga tulisan dengan judul “PESTA TIGA MALAIKAT AGUNG [2]” (bacaan untuk tanggal 29-9-10) dalam situs/blog yang sama; kategori 10-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2010.

(Tulisan ini merupakan revisi dari tulisan untuk bacaan tanggal 29 September 2009)

Cilandak, 5 September 2011

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

[1] Teks diambil dari ALKITAB (TB) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia yang mempunyai nuansa/ perbedaan-halus dengan teks  yang digunakan dalam buku Ibadat Harian.

TIGA MALAIKAT AGUNG ALLAH

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung,

Rabu, 29 September 2021)

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)

Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12a;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, para pelayan Allah gagah-perkasa, yang memainkan peranan penting dalam rencana-penyelamatan-Nya. Saudari-saudara kita Kristiani yang bukan Katolik tentu hanya mengenal dua nama saja. Nama Rafael muncul dalam Kitab Tobit yang tidak ada dalam Alkitab mereka. Menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Nama-nama yang terdapat dalam Wikipedia tentang para malaikat agung dalam Yudaisme juga berjumlah 7 (tujuh) walaupun dengan sedikit perbedaan. Dalam Kitab Tobit (Deuterokanonika), Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: “Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15). Jadi, dari sejak awal saya tegaskan bahwa penghormatan kepada tiga  malaikat agung tidak boleh menyebabkan kita tidak menghormati para malaikat agung yang tidak disebutkan namanya, dan juga para mahkluk surgawi lainnya.

Dalam zaman modern di mana kita manusia cenderung untuk mempertimbangkan hampir segalanya (kalau tidak mau dikatakan ‘segala-galanya’) dari  suatu perspektif duniawi, maka pesta seperti ini mengingatkan kita akan keberadaan malaikat dan/atau berbagai makhluk surgawi yang disebut “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” (lihat Kol 1:16), juga tentang “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).

Sampai berapa seringkah kita berpikir tentang para malaikat, yang dikatakan oleh sejumlah orang kudus mempunyai tingkatan-tingkatan itu? Mungkin karena pengaruh film-film horor, rasanya lebih mudahlah untuk menerima realitas Iblis dan roh-roh jahatnya (sesungguhnya adalah para mantan malaikat yang  berontak) daripada makhluk-makhluk surgawi ini yang setia kepada Allah. Akan tetapi, sementara kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, baiklah kita mempertimbangkan peranan yang mereka mainkan seperti yang dikemukakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK): “Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan ‘malaikat’, adalah suatu kebenaran iman. …… Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja” (KGK 328, 334).

Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah, yang selalu memandang wajah Bapa di surga (Mat 18:10), sehingga sang pemazmur menulis: “Pujilah TUHAN (YHWH), hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya” (Mzm 103:20; lihat KGK 329). Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 330). Karena para malaikat dipanggil untuk membantu memajukan kerajaan Allah, maka tidak salah kalau kita berkesimpulan bahwa mereka mempunyai peranan juga dalam kehidupan umat Allah – anda dan saya.

Pada kenyataannya, apakah kita menyadarinya atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh para malaikat, apakah melalui bisikan nurani kita atau saat-saat berkat yang tidak kita sangka-sangka dan harap-harap atau perlindungan. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan” (KGK 336).

Apabila kita mempertimbangkan bagaimana para malaikat memandang wajah Allah (lihat Mat 18:10), maka kita; akan melihat doa kita dari terang yang berbeda. Bayangkanlah, setiap kali and berdoa dan sujud menyembah Allah, para malaikat ada di sana, berdoa bersama anda. Sebagaimana para gembala melihat sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Luk 2:8-14), kita pun bergabung menyanyikan lagu penyembahan bersama mereka setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus (KGK 335). Banyak sekali malaikat menggabungkan diri dengan suara kita dalam paduan suara surgawi setiap kali kita dalam Misa kita bernyanyi: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga!” (lihat Yes 6:3; bdk. Why 4:8).

Para malaikat dapat menjadi mata rantai yang menghubungkan kita dengan surga, maka pandanglah ke atas! Doa-doa anda mempunyai nilai yang besar. Anda dapat menggabungkan diri dengan sejumlah besar malaikat yang sujud menyembah Allah, apakah dalam Misa Kudus atau pada saat anda berdoa secara pribadi, dan doa anda itu dapat membawa “hujan berkat” dari Allah ke atas bumi.

DOA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah semesta alam. Dengan penuh ketakjuban dan hormat, kami semua sujud menyembah Engkau dalam kemuliaan-Mu. Perkenankanlah suara kami bergabung dengan paduan suara surgawi para malaikat dalam memuji-muji kemuliaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami  bacaan Pertama hari ini (Why 12:7-12), bacalah tulisan yang berjudul “PESTA PARA MALAIKAT AGUNG YANG KITA RAYAKAN HARI INI” (bacaan tanggal 29-9-21) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2021.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-0-20 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 28 September 2021 [Peringatan Fakultatif S. Wenseslaus, Martir, S. Laurensius Ruiz, dkk. Martir di Jepang]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIGA PELAYAN ALLAH YANG GAGAH PERKASA

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Jumat, 29 September 2018)

Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)

Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12;  Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51

Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, para pelayan Allah gagah-perkasa, yang memainkan peranan penting dalam rencana-penyelamatan-Nya. Saudari-saudara Kristiani yang bukan Katolik tentu hanya mengenal dua nama saja. Nama Rafael muncul dalam Kitab Tobit yang tidak ada dalam Alkitab mereka. Menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15).

Dalam zaman modern di mana kita manusia cenderung untuk mempertimbangkan hampir segalanya (kalau tidak mau dikatakan ‘segala-galanya’) dari  suatu perspektif duniawi, maka pesta seperti ini mengingatkan kita akan keberadaan malaikat dan/atau berbagai makhluk surgawi yang disebut “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” (lihat Kol 1:16), juga tentang “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).

Sampai berapa seringkah kita berpikir tentang para malaikat, yang dikatakan oleh sejumlah orang kudus mempunyai tingkatan-tingkatan itu? Mungkin karena pengaruh film-film horor, rasanya lebih mudahlah untuk menerima realitas Iblis dan roh-roh jahatnya (sesungguhnya adalah para mantan malaikat yang  berontak) daripada makhluk-makhluk surgawi ini yang setia kepada Allah. Akan tetapi, sementara kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, baiklah kita mempertimbangkan peranan yang mereka mainkan seperti yang dikemukakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK): “Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan ‘malaikat’, adalah suatu kebenaran iman. …… Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja” (KGK 328, 334).

Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah, yang selalu memandang wajah Bapa di surga (Mat 18:10), sehingga sang pemazmur menulis: “Pujilah TUHAN (YHWH), hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya” (Mzm 103:20; lihat KGK 329). Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 330). Karena para malaikat dipanggil untuk membantu memajukan kerajaan Allah, maka tidak salah kalau kita berkesimpulan bahwa mereka mempunyai peranan juga dalam kehidupan umat Allah – anda dan saya.

Pada kenyataannya, apakah kita menyadarinya atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh para malaikat, apakah melalui bisikan nurani kita atau saat-saat berkat yang tidak kita sangka-sangka dan harap-harap atau perlindungan. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan (doa syafaat)” (KGK 336).

Apabila kita mempertimbangkan bagaimana para malaikat memandang wajah Allah (lihat Mat 18:10), maka kita; akan melihat doa kita dari terang yang berbeda. Bayangkanlah, setiap kali and berdoa dan sujud menyembah Allah, para malaikat ada di sana, berdoa bersama anda. Sebagaimana para gembala melihat sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Luk 2:8-14), kita pun bergabung menyanyikan lagu penyembahan bersama mereka setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus (KGK 335). Banyak sekali malaikat menggabungkan diri dengan suara kita dalam paduan suara surgawi setiap kali kita dalam Misa kita bernyanyi: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga!” (lihat Yes 6:3; bdk. Why 4:8).

Para malaikat dapat menjadi mata rantai yang menghubungkan kita dengan surga, maka pandanglah ke atas! Doa-doa anda mempunyai nilai yang besar. Anda dapat menggabungkan diri dengan sejumlah besar malaikat yang sujud menyembah Allah, apakah dalam Misa Kudus atau pada saat anda berdoa secara pribadi, dan doa anda itu dapat membawa “hujan berkat” dari Allah ke atas bumi.

DOA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah semesta alam. Dengan penuh ketakjuban dan hormat, kami semua sujud menyembah Engkau dalam kemuliaan-Mu. Perkenankanlah suara kami bergabung dengan paduan suara surgawi para malaikat dalam memuji-muji kemuliaan-Mu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 1:47-51), bacalah tulisan yang berjudul “MIKAEL, GABRIEL DAN RAFAEL” (bacaan tanggal 29-9-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2018.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 26 September 2018 [Peringatan S. Elzear & Delfina, OFS]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

MALAIKAT PELINDUNG Malaikat Allah,Engkau yang diserahi oleh kemurahan Tuhan untuk melindungi aku, terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarkanlah aku. Amin (Doa Malaikat Allah) Cerita zaman baheula, tahun 60-an, saat belajar agama masa katekumenat di susteran Regina Pacis Bogor bersama Sr. Vincent Chang FMM, misionaris dari Taiwan.  Selalu diceritakan, di kanan-kiri seorang anak pasti ada sosok iblis… Baca Selengkapnya

FROM MÉXICO WITH LOVE KISAH TIGA MALAIKAT AGUNG Dalam perjalanan ziarah ke Guadalupe, México, Agustus 2008, saya mengamati ada banyak patung malaikat terpasang di atas tembok dan pilar raksasa beberapa basilika, gereja raksasa, yang di dalamnya terdapat banyak kapel-kapel. Bukan malaikat biasa, namun mereka menyebutnya sebagai Malaikat Agung. Di Indonesia kita hanya mengenal 3 Malaikat… Baca Selengkapnya

KETIGA malaikat utusan Allah berjalan ke arah Ibrahim. Kala itu, beliau mengamati wajah mereka satu persatu, tetapi tidak ada seorang pun yang ia kenal. Mereka mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim dan ia pun menjawab salam mereka. Lalu, Nabi Ibrahim menyambut dan mempersilahkan mereka masuk ke rumahnya.

Setelah itu ia meminta izin untuk menemui istrinya, Sarah. Nabi Ibrahim berkata pada istrinya, “Ada tiga orang asing berkunjung ke rumah kita.”

“Siapa mereka?” tanya Sarah.

BACA JUGA: Nabi Ibrahim Tinggalkan Satu Bungkus Kurma dan Sekantong Air untuk Hajar dan Ismail

“Aku tidak kenal satu pun dari mereka. Wajah mereka asing, tidak pernah aku kenal sebelumnya. Mungkin, mereka datang dari tempat yang sangat jauh. Tetapi pakaian mereka menunjukan bahwa mereka belum melakukan perjalanan panjang. Hari ini kita punya makanan apa?”

“Separuh daging kambing,” jawab Sarah.

“Hanya separuh daging kambing? Potonglah seekor anak sapi yang gemuk! Mereka adalah tamu asing. mereka tak memiliki barang bawaan sedikit pun. Mungkin mereka lapar atau sangat membutuhkan makanan.” Ujar beliau sambil berlalu.

Kemudian, Nabi Ibrahim menyembelih seekor anak sapi gemuk dengan menyebut nama Allah. Lalu dimasaknya di atas batu panas. Nabi Ibrahim pun menyajikan dan mempersilahkan para tamunya untuk menikmati hidangan yang ada. Namun mereka tak menyentuhnya sedikitpun.

Nabi Ibrahim cemas, sebab menurut tradisi masyarakat pedesaan, jika tamu menolak hidangan berarti mereka memiliki niat jahat kepada tuan rumah. Nabi Ibrahim pun melirik ke arah Sarah yang saat itu menemaninya dengan penuh kecemasan. Kecemasannya semakin bertambah karena Sarah tidak mengerti yang di isyaratkan Nabi Ibrahim kepadanya.

BACA JUGA: Raja Zhalim yang Ketakutan ketika Melihat Sarah, Istri Nabi Ibrahim

Kemudian, salah seorang malaikat berkata, “Jangan takut!”

“Aku mengundang kalian untuk menikmati hidangan yang telah ku sediakan. Tetapi kalian tidak menyentuhnya sedikitpun. Apakah kalian mencurigaiku bahwa aku akan berbuat jahat dan mencelakakan kalian?” tanya Nabi Ibrahim penasaran.

Salah seorang diantaranya tersenyum lalu berkata, “Kami tidak makan wahai Ibrahim. Kami adalah para malaikat Allah.” []

Sumber: Wanita-wanita Hebat Pengukir Sejarah: Kisah Memikat Di Balik Geliat Dakwah Para Nabi/Penerbit Almahira, 2009/ Penulis: Ibrahim Mahmud Abdul Radi

FROM MÉXICO WITH LOVE

KISAH TIGA MALAIKAT AGUNG

Dalam perjalanan ziarah ke Guadalupe, México, Agustus 2008, saya mengamati ada banyak patung malaikat terpasang di atas tembok dan pilar raksasa beberapa basilika, gereja raksasa, yang di dalamnya terdapat banyak kapel-kapel. Bukan malaikat biasa, namun mereka menyebutnya sebagai Malaikat Agung.

Di Indonesia kita hanya mengenal 3 Malaikat Agung, yaitu Mikael, Gabriel dan Rafael. Tradisi budaya setempat berpengaruh dalam hal-hal sampingan yang terkait iman itu sendiri. Bagi saya, sah-sah saja karena patung hanya asesoris, tempelan, bukan inti iman dan juga tidak akan menggerogoti inti iman itu sendiri.

Di sebuah toko rohani besar (lupa di kota mana di México) dijual berbagai patung para malaikat, juga patung Bunda Maria Guadalupe bersama Juan Diego, Our Lady of Guadalupe, yang dalam bahasa Spanyol disebut Nuestra Señora de Guadalupe. Wow, bagus-bagus juga.

Sontak waktu itu saya menelepon Manajer Toko Rohani OBOR, Ibu Nunik Sulandari. Waktu itu saya baru setahun lebih delapan bulan menjabat Direktur OBOR. Melalui telepon jarak super jauh itu, kami mendiskusikan apa dan bagaimana “selera umat” di Indonesia yang menjadi pengunjung OBOR, karena sebagai direktur yang baru seumur jagung menjabat, tentu saya belum paham segala hal sampai ke detil-detilnya.

Akhirnya, diputuskan saya harus membeli tiga set patung Malaikat Agung yang populer dalam devosi di Indonesia, yaitu Mikael, Gabriel, dan Rafael, serta dua set patung Bunda Maria Guadalupe dalam dua ukuran. Rencana berikutnya adalah ingin mereproduksinya di Indonesia untuk kebutuhan devosi Umat Katolik di dalam negeri.

Mikael, Gabriel dan Rafael

Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang bertindak sebagai perantara antara Allah dan manusia, yang mengantar manusia pada kebaikan. Tiap agama Abrahamik memiliki ajaran khas tentang malaikat. Dari para malaikat itu ada beberapa yang disebut sebagai penghulu malaikat (malaikat agung, archangel) oleh Rasul Paulus, “sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga” (1 Tes 4: 16).

Ada berapa malaikat agung sih sebenarnya? Dalam dialog antara Tobit dan Tobias di Kitab Tobit bab 12 diperkenalkan jumlah tujuh malaikat oleh Rafael Malaikat Agung itu, “Aku ini Rafael, satu dari tujuh malaikat yang berdiri di hadapan Tuhan yang Agung, siap untuk melayani-Nya” (12: 15). Hanya tiga nama Malaikat Agung itu yang dikenal di Indonesia, yaitu Michael, Gabriel, dan Rafael. Namun di banyak tempat dan tradisi ada tambahan empat malaikat lainnya, dengan nama yang berbeda-beda.

Malaikat Agung Mikhael dikenal sebagai panglima dari para malaikat yang melindungi dalam peperangan dan kesulitan (Daniel 10: 12-13, 21; Daniel 12:1), yang dikenali oleh Yosua dalam peperangan di Tanah Perjanjian (Yosua 5:13-15), dan menjadi pemimpin bala tentara surgawi (Wahyu 12:7).

Malaikat Agung Gabriel, Jibril, artinya utusan, merupakan malaikat yang dikenal dalam ketiga tradisi agama Abrahamik (Yudaisme, Kristiani dan Islam). Gabriel memperkenalkan diri antara lain kepada Nabi Daniel (Daniel 8: 15-19; 9:21-23), kepada Zakharia (Lukas 1: 5-25), dan kepada Maria dari Nazareth (Lukas 1: 26-38).

Malaikat Agung Rafael adalah malaikat yang diutus sebagai penyembuh Tobit yang buta matanya selama beberapa tahun dan telah membuatnya putus asa. Allah mengutus Rafael untuk menemani Tobias, putra Tobit, melakukan perjalanan mencari obat yang dapat menyembuhkan Tobit, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Tobit.

Tiga atau Tujuh Malaikat Agung?

Kita memang hanya mengenal tiga Malaikat Agung. Namun di banyak tradisi dikenal ada 7 Malaikat Agung. Tiga yang umum kita kenal yaitu Michael, Gabriel, Rafael. Empat nama yang lain, berbeda-beda dalam tradisi satu dengan tradisi lain, sebut saja misalnya nama-nama ini: Uriel, Jophiel, Samuel/Chamuel, Zadkiel, Jehudiel, Barachiel, Sealtiel/Selaphiel, Metatron,

Cerita tentang nama-nama malaikat itu juga bermacam-macam, lahir dari berbagai tradisi yang berbeda. Malaikat Agung Uriel muncul pasca-pembuangan dan diakui oleh banyak tradisi kekristenan di banyak tempat. Malaikat Agung Selaphiel, Sealtiel, Selatiel yang hanya ada dalam tradisi Katolik Bizantium dan Ortodoks Timur. Malaikat Agung Jehudiel, Jegudiel, Jhudiel dalam tradisi Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Ritus Timur. Malaikat Agung Barachiel yang ada dalam tradisi Katolik Bizantium dan Ortodoks Timur.

Biarkan saja, itu tradisi iman setempat yang tumbuh dan berkembang dalam perjalanan sejarah iman yang diwarnai berbagai adat kebiasaan, tradisi, dan budaya. Mau hanya tiga, atau tujuh, atau seratus, seribu, dan sebagainya tidak menjadi masalah karena bukan jumlah yang menjadi ukuran tetapi keyakinan bahwa ada makhluk ciptaan Tuhan yang luar biasa, yang disebut malaikat dalam bahasa manusiawi.

Tiga Malaikat Agung Menjadi Koleksi

Mungkin tak pernah terbayangkan oleh para ‘kolektor’ yang membeli patung ketiga Malaikat Agung Michael, Gabriel dan Rafael di OBOR bahwa master patung-patung itu sampai di Indonesia setelah melalui perjalanan darat ratusan kilometer dengan bis keliling México ikut mendampingi perjalanan ziarah saya dan rombongan Stella Kwarta Tours & Travel. Setelah itu masih dilanjutkan menyeberangi samudera pasifik dengan Eva Air menuju Jakarta, mampir transit di Los Angeles dan Taipei, sejauh hampir 20 ribu kilometer, dalam 2 hari penerbangan.

Bagaimana cara membawanya? Apakah digendong ke mana-mana seperti lagunya Simbah Surip itu? Bagaimana mengemasnya? Apakah tidak repot? Gotong-gotongnya berat ngga sih? Bagaimana administrasinya? Kena biaya bagasinya berapa besar? Nah, ini memang hanya bisa dilakukan oleh orang tulus yang bersemangat tinggi, siap kerja berat, serta punya otak dan hati yang diberdayakan optimal.

Jakarta, 29 September 2020

Pesta Tiga Malaikat Agung Michael, Gabriel & Rafael

Agustinus Surianto Himawan

Sedangkan amalan yang ketiga, yaitu membaca doa sebelum tidur agar Allah selalu menjaga kita. Itulah mengapa para orangtua selalu mengajarkan doa sebelum tidur kepada anak-anak mereka sejak kecil.

Suatu ketika sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib –radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Bersabda kepadaku Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam:

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ (البخاري)

“Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudulah seperti kamu hendak melakukan salat. Kemudian berbaringlah di atas bagian tubuh yang kanan. Lalu ucapkanlah, ”Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang dan takut. Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan, dan Nabi yang telah Engkau utus.” Apabila kamu meninggal dunia, maka kamu meninggal dalam keadaan fitrah. Dan jadikanlah ia ucapan terakhirmu.” (HR Bukhary 19/372)

Penulis : Ahmad Baiquni